My name is Widi Asmoro.
Rasanya pahit tetapi sedap.

Ketika mendapatkan penolakan rasanya kesel dan pahit banget. Apakah saya tidak layak untuk mendapatkannya?

Awalnya saya memang tidak mau mencoba penawaran yang diberikan seseorang kolega untuk mencoba mengisi posisi di tempat ia bekerja yang memerlukan keahlian yang saya miliki. Saya pikir tadinya buat apa? Toh dengan yang sekarang saya nyaman-nyaman saja. Lalu saya pikir-pikir kembali untuk mencobanya karena nggak ada salahnya juga mencoba. Dan ternyata saya tidak diterima lantaran mereka mencari yang lebih baik dari saya.

Sekarang saya ulang kembali ingatan itu. Apakah saya sudah gagal? Saya tidak layak untuk mendapatkan posisi yang terbuka tadi. Kata-kata negatif melintas di pikiran saya. Mental saya jatuh saat itu.

Sebuah video dari Ted Talks yang saya tonton beberapa hari lalu menyadarkan saya. Saya harus bangun mental yang baru untuk berpikir dengan lebih positif agar terbangun pola pikir untuk maju atau growth mindset. Carol Dweck menyampaikan “The Power of Yet” adalah sebuah proses pembelajaran diri sendiri bahwa kegagalan itu adalah sementara dan membuka jalan untuk menapaki masa depan dengan penuh optimis.

Ayo mari kita coba terapkan “The Power of Yet” tadi pada kejadian-kejadian yang saya alami. Awal tahun ini saya mencoba untuk ikut kontes menyanyi dan saya tidak menang. Penampilan saya memang masih banyak kurang dan saran dari dewan juri untuk mencari strategi untuk menyanyikan nada tinggi sangat tepat buat saya. Jadi saya ‘masih belum’ layak untuk maju menuju final. Di lain kesempatan saya mencoba untuk mengikuti ujian kompetensi vokal yang menuntut saya harus membuka kembali buku-buku teori musik selain latihan vokal. Saya ‘masih belum’ siap untuk menghafal ulang kembali teori tersebut. Posisi kosong yang tadi ditawarkan ternyata tidak ada yang menempatinya sampai sekarang. Mereka ‘masih belum’ mendapatkan kandidat yang tepat. Apakah mereka menunggu saya sampai saya siap? Bisa jadi!

Melihat hal yang terjadi dan tidak sesuai dengan yang diinginkan dengan memandangnya sebagai ‘masih belum’ lebih melegakan. Mungkin ini cara Nya untuk melindungi diri kita dari hal yang kita tidak sanggup. Saya jadi lebih ikhlas dan melanjutkan hidup. Karena yang ada dihadapan sekarang adalah yang nyata dan yang ‘masih belum’ akan datang bila saatnya tiba.