Belajar Bisnis Dari The Beatles

My name is Widi Asmoro.

Nggak diragukan lagi kesuksesan The Beatles mendulang uang masih bertahan hingga saat ini, meskipun sudah bubar. Bayangkan saja, bahkan mereka bisa mentasbihkan diri lebih terkenal dibanding Jesus. Namun sukses bukan datang semalam. Ada banyak hal yang mereka harus lewati hingga demikian suksesnya. Dan itu yang menginspirasikan duo penulis Richard Courtney dan George Cassidy untuk menuangkan resep bisnis a la The Beatles dalam buku yang berjudul “Come Together: The Business Wisdom of the Beatles”.

Saya sendiri belum mendapatkan bukunya, tapi kalau dibaca dari review-review yang beredar di internet nampaknya buku ini sangat menarik. Iyalah, apasih dari The Beatles yang kurang menarik? Ingat bagaimana mereka mendobrak dengan gaya rambut mereka yang iconic. Dan lagu-lagunya yang menjadi candu hingga saat ini.

Menurut businessnewsdaily.com, buku ini mengajarkan bagaimana The Beatles bisa sukses karena mereka menjaga loyalitas para penggemar mereka dan The Beatles mampu belajar dari kesalahan. Yap, loyalitas itu mampu dijaga karena hingga saat ini nama The Beatles masih menjual. Album-album rilisan ulang masih laku, bahkan album lawas pun masih jadi collector’s item yang diburu dan berharga mahal. Atau album rekaman ulang seperti Anthology yang dirilis tahun 1995 dan juga remaster dari rekaman mono mereka yang dirilis 2009 lalu masih bisa mendulang sukses. Bahkan baru-baru saja, versi unduh utuh legal yang hanya tersedia di iTunes pun bisa laris manis tanjung kimpul hanya dalam waktu singkat, kurang dari 2 bulan. Tetapi meski begitu mereka juga sempet kehilangan banyak fans nya akibat dari pongahnya Lennon menyandingkan ketenaran The Beatles melebihi Jesus.

Buku ini juga menggambarkan bagaimana sosok Paul McCartney berusaha menjaga keutuhan The Beatles. Seperti yang dikutip dari fastcompany.com, Paul dalam buku ini digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mencoba segala hal yang mungkin dilakukan ketika grup band nya mulai merosot dengan mengubah segala strategi demi kepentingan bisnis. Ujung-ujungnya memang soal duit. Hingga hari ini, personil The Beatles masih dapat hidup makmur dari sistem royalti yang dibuatnya.

Mudah-mudahan buku ini bisa segera didapat di toko buku lokal!