My name is Widi Asmoro.
Masker dan kaca mata anti panik.

Status siaga waspada virus Corona di Singapura ditingkatkan menjadi oranye pada akhir pekan kemaren.

Pengumuman dari pemerintah ini sontak membuat banyak orang di Singapura bergegas untuk memenuhi suplai kebutuhan hidup. Kebanyakan mereka memadati pusat belanja kebutuhan sehari-hari semacam Giant. Saya yang kebetulan sehabis pulang untuk Ramengvrl di Clark Quay dan sempat melewati Fairprice di Serangoon juga menemukan antrian yang panjang pada konter-konter kasir.

Kepanikan ini juga membuat orang yang biasanya santai jadi juga ikut khawatir dan panik juga untuk memborong kebutuhan sehari-hari. Takut kehabisan alasannya. Saya pun juga bersiap dengan membeli beras, telur dan mie instan.

Sebetulnya di Singapura ini jauh lebih mudah. Pemerintah Singapura selalu memberikan informasi yang jelas dan himbauan-himbauan agar tetap menjaga kesehatan. Sampai sangat terbukanya, saya selalu dapat memantau kasus-kasus baru pasien virus Corona lewat situs Departemen Kesehatan Singapura https://www.moh.gov.sg/.

Kepanikan ini bukan tanpa alasan. Singapura itu pulau yang tidak terlalu besar. Jadi jika ada penyakit menular bisa dapat dengan mudah menyebar jika tidak dikendalikan. Tapi dengan kepanikan ini justru malah membuat konsentrasi massa ada di satu tempat yang bisa saja sudah terjangkit virus.

Saya menghela nafas.

Jum’at lalu, di masjid tempat saya sholat Jum’at dilaksanakan ibadah sholat Hajat. Dengan harapan semoga kita dapat diberi kesabaran dengan ujian penyakit ini. Dan semoga negara Singapura dan semua umat manusia dapat terlindungi dari penyakit dan dapat ditemukan obatnya.

Amiin.