Berdamai Dengan Diri Sendiri

My name is Widi Asmoro.
Kibarkan Bendera Perdamaian Pada Diri Sendiri

Katanya, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Saya tadinya tidak percaya dengan katanya ini sampai akhirnya saya merasakannya sejak awal tahun ini.

Pandemi Covid-19 memang banyak memberikan pelajaran. Sejak dimulainya lockdown, banyak kebiasaan yang berubah. Saya juga berusaha mengingatkan diri saya sendiri untuk menjaga keseimbangan mental dan juga pentingnya support system disekitar kita. Tapi tetap saja, di semester pertama tahun ini saya patah dan hampir menyerah. Saya akhirnya memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikiater dan juga dengan istri yang lebih mengenal saya. Ini yang saya observasi.

  1. Menjadi yang terbaik. Sikap perfeksionis ini membuat saya selalu mengejar penghargaan dan apresiasi dari orang lain.
  2. Meramal masa depan. Kebiasaan yang sering dilakukan sebelum pekerjaan dijalankan. Biasanya lebih memikirkan “the worst-case scenario”.
  3. Tinggi harapan. Ambisius dalam mengejar sesuat dan berharap hasil yang terbaik, jika tidak tercapai lalu kecewa. Dan jadinya karena terlalu banyak harapan, jadi terlalu mudah kecewa.

Setelah melalui beberasa sesi konsultasi dan juga proses memperbaiki diri, saya mencoba menjalani ini sekarang:

  1. Menjadi diri sendiri. Standar terbaik adalah kepuasan telah menyelesaikan sesuatu sesuai kemampuan.
  2. Hidup untuk hari ini. Karena masa depan adalah milik Allah SWT, dan kita hanya menjalani yang ada sekarang.
  3. Ikhlas dan belajar melepaskan. Apapun nanti hasilnya, kembalikan kepada Allah SWT.

Tiga hal itu yang sedang saya coba untuk berdamai dengan diri sendiri. Ada banyak hal yang patut disyukuri dalam hidup. Ada banyak hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Percaya diri kita mampu menghadapi diri sendiri. Hanya kita yang dapat mengendalikan pikiran kita. Tarik napas dan lepaskan perlahan.