Semalam, saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan konser dari The Purple Symphony Orchestra di Singapura.
The Purple Symphony Orchestra adalah orkestra pertama di Singapura yang bersifat inklusif. Orkestra ini berisikan musisi-musisi berkebutuhan khusus dan juga musisi-musisi tanpa keterbatasan. Saya terpukau dengan penampilan yang mereka sajikan di hari Selasa malam, 13 Juni 2023. Nyaris tidak terasa bedanya dengan penampilan musisi-musisi pada umumnya.
Tentu saja penampilan mereka ini tidak seperti konser-konser pada umumnya. Dalam durasi 90 menit penampilan, kita disuguhkan musikal tentang keunikan Singapura lewat dramaturgi visual dan juga musikal. Cerita tentang tempat-tempat bersejarah di Singapura disuguhkan lewat lagu seperti “Di Tanjung Katong”. Keunikan makanan mereka juga ditampilkan dengan jenaka. Saya jadi belajar kalau sarapan khas Singapura adalah Kaya Toast, sejenis roti bakar dengan selai kelapa ditambah telur setengah matang, lewat lagu “Nanyang Breakfast”. Nggak hanya itu, karena ini adalah suguhan konser yang inklusif, mereka juga menyediakan Penerjemah Bahasa Isyarat.
Saya merasakan bahwa kesenian memberikan ruang dan kesempatan buat siapa saja dengan latar belakang yang berbeda-beda. Lewat seni, kita juga menyadarkan betapa pentingnya inklusifitas bagi setiap orang dan juga mengubah persepsi bahwa orang dengan keterbatasan juga mampu menghadirkan karya hebat. Dengan kesadaran bersama ini, saya yakin sih kita dapat membangun sebuah komunitas yang lebih kuat.